Kamis

SETIA HATI

                                                                       SETIA HATI


Ki Ngabehi Suro Diwirjo (Eyang Suro)
             SETIA HATI’ Sebuah kalimat yang sangat sudah tidak asing lagi di telinga, kalimat ini sarat sekali dengan magna yang mendalam pada setiap ucapan-ucapan yang bernuansa sakral atas nama asmara dan cinta, hubungan baik dan juga kebersamaaan, dalam hidup sehari-hari ada contoh yang biasa kita jumpai seperti halnya pada luapan-luapan asmara sepasang kekasih yang sedang bercinta hehhehehe,,, asyik kan contohnya..’

            Tapi tau kah anda bahwa kalimat SETIA HATI ini juga ada dalam ikatan keluarga yang cakupannya sangat besar, berkumpul dan bersama-sama dan yang luar biasa lagi ikatan keluarga ini ada pada naungan Seni Budaya Bela Diri yang sudah tidak asing di Negri Ini yaitu Penchak Silat”,  Eyang Suro begitu banyak orang menyebut namanya dan kalau boleh saya menggambarkan dari sudut pribadi saya beliau ini adalah orang yang cerdas dari sisi intelektualnya terbukti beliau mendirikan ikatan paguyuban yang sangat luar biasa sekali, pada tahun 1903 beliau membentuk paguyuban STK Sedulur Tunggal Kecer yang kemudian berubah nama menjadi PSH atau Persaudaraan Setia Hati di tahun 1917 dengan konsep Paguyuban dan terisi dengan gerak penchak yang sudah terkurikulum, itu bisa di lihat dari sisi gerak jurus yang Beliau kumpulkan selama pengembaraanya dari berbagai daerah dan Beliau beri nama dengan Djoyo Gendilo Cipto Mulyo, Jurus ini terlihat sangat unik sekali setiap awalan gerak hampir ke seluruhan jurus memakai pola langkah MATARAMAN’ yang kemudian di susul dengan gerak jurus asalnya’ gabungan ini memang sungguh-sungguh menakjubkan, di situ tergambar sekali di mana Beliau mau memberi pesan kepada kita ‘walaupun kita beljar kemana saja harus tetaplah mengingat jati diri kita, dan di sini jati diri yang di maksut adalah jati diri Eyang Suro yang juga seorang yang berasal dari suku JAWA.

      yukk  kita intip dulu Kurikulum Jurus Ciptaan Sang Maestro kita..
                                                                  JURUS DJOYO GENDILO CIPTO MULYO
1. BETAWEN I
2. BETAWEN II
3. CIMANDE I
4. CIMANDE II 
5. CIKALONG
6. CIAMPEA I
7. CIAMPEA II
8. TANAH BARU I
9. TANAH BARU II
10. PERMAINAN TIONGHOA MONYETAN
11. CIMANDE III
12. CIMANDE IV
13. CIMANDE V
14. CIBEDUYUT DENGAN TOYA
15. PADANG PANJANG I
16. PADANG PANJANG II
17. CIPETIR
18. PADANG SIRANTI
19. SUMEDANGAN I
20. SUMEDANGAN II
21. LINTHAU
22. CIMANDE VI
23. ALANG LAWAS I
24. ALANG LAWAS II
25. MINANGKABAU I KUCINGAN
26. SOLOK MINANGKABAU II
27. CIBEDUYUT
28. CIMANDE VII
29. TERLAKAN MONYETAN TUKANG
30. PADANG ALAI I
31. PADANG ALAI II
32. FORT DE KOCK
33. PADANG ALAI III
34. PADANG ALAI IV
35. KUDA BATAK
36. SIPAI MINANGKABAU III


            SETIA HATI dan Perkembangannya di dunia sangatlah luar biasa sekali dari tangan 
seorang Maestro Suro Diwro yang mencetak dan menempa murit-muritnya yang pada ahirnya kecerdasan dan kekuatan hati menurun juga pada murit-murit yang sangat luar biasa ini, bisa kita lihat perkembangan ilmu SETIA HATI saat ini yang berada dalam wadah-wadah Oganisasi yang berbeda-benda, namun tetap saja Nama SETIA HATI akan selalu mengikat setiap Kadhang atau saudara SH secara emosional.

            Dengan tidak menutup mata atas nama hal yang negatif ,perkembangan Setia Hati dengan wadah organisasi juga sering menimbulan Konflik PERSAUDARAAN’ seperti halnya alasan Fanatisme kepada organisasi yang ngawurisme dan membutakan mata hati sebagai seorang SH’ atau tentang perbedaan jurus yang di kembangkan dengan ke cerdasan personal kadhang, sehingga esensi dari ber SH sendiri lambat laun mulai di tinggalkan.

            Sampai detik ini kebanggan saya terhadap sang Maestro SH yaitu Eyang Suro akan tetap slalu terjaga dengan baik, dan saya juga Bangga memiliki para sesepuh-sesepuh SH dari wadah oraganisasi yang berbeda-beda yang telah mendidik dan memerkenalkan SH kepada saya, Demikian coretan singkat dari saya dan bila ada kurang dan lebihnya dari hati yang paling dalam saya mohon maaf yang sebesar-besarnya

Arie Passeh

Yogyakarta 18 Oktober 2013

Berkah Dalem’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar